Geologi Regional Jampang , Jawa Barat


1  Fisiografi Regional

       Berdasarkan Van Bemmemlen (1949) fisiografi Jawa Barat dapat dibagi menjadi 6 zona antara lain (Gambar 1) :


     

Gambar 1. Zona Fisiografi Jawa Barat  (Van Bemmelen , 1949).

1.      Dataran Pantai Jakarta
2.      Antiklinorium Bogor
3.      Kubah dan Punggungan pada zona depresi tengah
4.      Gunung api Kuarter
5.      Zona depresi Tengah ( Zona Bandung)
6.      Pegunungan Selatan Jawa Barat



2  Stratigrafi Regional




Rab Sukamto (1975) dalam Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang , Jawa dengan skala 1 : 100.000 membagi ke dalam beberapa formasi antara lain ( Gambar 2):

Gambar 2. Peta Regional Jampang dan Balekambang (Sukamto, 1975) 
2.2.1 Batuan Pra – Tersier
            Satuan batuan pra- Tersier ini terdiri atas batuan metamorf. Batuan ini merupakan batuan yang tertua yang tersingkap di daerah ini. Satuan ini terdiri atas sekis, amfibolit, filit, kwarsit, gabro yang berselingan dengan peridotit.
2.2.2 Formasi Ciletuh
            Satuan ini terdiri dari batupasir kwarsa, konglomerat kwarsa, batulempung kelabu, serpih , batusabak, breksi polimik. Satuan ini menindih secara tidak selaras dengan batuan metamorf yang merupakan batuan dasar dari pulau jawa. Selain itu batuan ini termetamorfiskan lemah dan dekat dengan persentuhan dengan batuan pra – Tersier.
2.2.3 Formasi Rajamandala
            Satuan ini menindih secara selaras Formasi Ciletuh terdiri dari konglomerat polimik , batupasir kwarsa, batulempung, napal, dan tufa. Sebagian menagndung serpihan batubara. Diperkirakan satuan ini dikorelasikan dengan anggota lempung, napal,dan batupasir kwarsa dari Formasi Rajamandala di Lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972).
2.2.4 Formasi Jampang
            Satuan ini terdiri atas 3 satuan yaitu : Breksi Volkanik , Tufa dari anggota Cikarang dan Lava dari anggota Ciseureuh. Satuan ini tidak selaras dangan Formasi Rajamandala dan Formasi Ciletuh. Satuan ini diendapkan di lingkungan laut. Umur satuan ini diperkirakan Miosen Awal.
2.2.5 Formasi Lengkong
            Satuan ini terdiri atas napal, batulempung, batupasir gampingan, tufa ,dan bapa bagian bawah terdapat tufa lapili dan breksi gampingan. Satuan ini diendapkan secara selaras dari Formasi Jampang. Umur satuan ini diperkirakan  Miosen Awal.
2.2.6 Formasi Cimandiri
            Satuan ini terdiri atas tiga satuan antara lain : Satuan Batulempung (Anggota Nyalindung), Satuan Batugamping (Anggota Bojonglopang), dan Satuan Batupasir. Bagian utama formasi ini adalah batupasir, dengan perselingan dengan konglomerat, batulempung dan batugamping. Satuan ini diperkirakan berumur Akhir Miosen Tengah. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Lengkong dan Formasi Jampang.
2.2.7 Formasi Beser
            Satuan ini terdiri atas 2 satuan antara lain : Satuan Klastika gunungapi dan Satuan Lava. Bagian utama dari formasi ini terdiri atas breksi gunungapi, breksi lahar, breksi tufa, tufa , dan konglomerat. Sedangkan Lava andesit (anggota Cikondang) membentuk bukit – bukit kasar. Formasi Beser ini menindih secara tak selaras Formasi Cimandiri dan Formasi Jampang. Satuan ini diperkirakan diendapkan  di lingkungan darat dan pantai.
2.2.8 Formasi Bentang
            Satuan ini dibagi menjadi 2 yaitu : Formasi Bentang bagian bawah dan bagian atas. Formasi Bentang bagian atas terdiri atas : Tufa kristal, tufa abu , tufa batu, pada umumnya napalan dan berbatu apung. Sedangkan Foramsi Bentang bagian bawah terdiri atas : batupasir, batulempung, batupasir gampingan , breksi tufa, batugamping, dan konglomerat. Formasi ini menindih secara tidak selaras dengan Formasi jampang dan di daerah barat berubah secara berangsur menjadi formasi beser. Umur Formasi diperkirakan Miosen akhir.
2.2.9 Formasi Cibodas
            Satuan ini terdiri atas : batugamping, sebagian tufaan, batupasir gampingan. Bagian tara dan timur berangsur berubah menjadi formasi Bentang. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Akhir.
2.2.10 Endapan Kuarter
            Endapan Kuarter ini berupa endapan pantai , endapan batugamping terumbu koral, dan endapan undak muda. Ciri dari endapan ini berupa material lepas yang belum terkompaksi. Endapan ini diendapkan secara tidak selaras dengan satuan lainnya. Satuan ini merupakan endapan yang palin muda.
Selain endapan sedimen di daerah ini terdapat beberapa intrusi batuan antara lain
2.2.11 Dasit Ciemas
Intrusi Dasit dengan ciri : Fanerik, porfir, kelabu terang, fenokris bersudut, beberapa kristal kwarsa sepanjang 2 cm; intrusi berada di sekitar Kampung Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Intrusi ini merupakan pembawa zona mineralisasi emas . Satuan Dasit Ciemas ini menerobos Formasi Jampang.
2.2.12 Porfir Cilegok

            Menerobos secara konkordan di Anggota Cikarang, Formasi Jampang. Terdiri dari andesit dan basal porfir, kelabu gelap dan terubah secara hidrotermal batuan sekitarnya.



2.1  Struktur Geologi Regional`

SStruktur geologi regional Jawa Barat dibagi menjadi tiga pola utama yaitu Pola Meratus, Pola Sumatera, dan Pola Sunda (Martodjojo, 1984) yang diilustrasikan pada Gambar 3. Pola-pola tersebut merupakan hasil dari aktivitas lempeng-lempeng yang bekerja di sekitar wilayah regional penelitian dengan arah tegasan utama yang berbeda-beda yang diinterpretasikan sebagai adanya perubahan rezim tektonik dari waktu ke waktu.


Gambar 3. Peta pola struktur regional Jawa Barat berdasarkan data lapangan, data gravimetri, dan data seismik (Martodjojo, 1984)


Pola Meratus mempunyai arah timur laut-barat daya (NE-SW). Pola ini tersebar di daerah lepas pantai Jawa Barat dan Banten. Pola ini diwakili oleh Sesar Cimandiri, Sesar Naik Rajamandala, dan sesar-sesar lainya. Meratus lebih diartikan sebagai arah yang mengikuti pola busur umur Kapus yang menerus ke Pegunungan Meratus di Kalimantan (Katili, 1974, dalam Martodjojo, 1984).

            Pola Sumatera mempunyai arah baratlaut-tenggara (NW-SE). Pola ini tersebar di daerah Gunung Walat dan sebagian besar bagian selatan Jawa Barat. Pola ini diwakili oleh Sesar Baribis, sesar-sesar di daerah Gunung Walat, dan sumbu lipatan pada bagian selatan Jawa Barat. Arah Sumatera ini dikenal karena kesejajaranya dengan Pegunungan Bukit Barisan (Martodjojo, 1984).

            Pola Sunda mempunyai arah utara-selatan (N-S). Pola ini tersebar di daerah lepas pantai utara Jawa Barat berdasarkan data-data seismik. Arah ini juga terlihat pada Sesar Cidurian, Blok Leuwiliang. Arah sunda ini diartikan sebagai pola yang terbentuk pada Paparan Sunda (Martodjojo, 1984).


 
 Daftar Pustaka

Martodjojo. 1984. Evolusi Cekungan Bogor. Bandung : ITB. Tidak dipublikasikan
Sudjatmiko.1972.Peta Geologi Lembar Cianjur , Jawa. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sukamto, Rab.1975. Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Van Bemmelen , 1949.The Geology of Indonesia vol. 1 A. Government Printing Office, The Hague, Martinus Nijhoff, vol. 1A, Netherlands










4 comments:

  1. Untuk peta geologi regional lembar nusatenggara bisa di share jg gan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. http://suarageologi.blogspot.co.id/p/peta-geologi-nusa-tenggara.html

      silakan gan

      Delete
  2. itu formasi batuannya sesuai urutan dari tua ke muda ga?

    ReplyDelete

Featured post

Bio Mining Masa Depan Tambang Hijau

Kondisi Penambangan saat ini ( sumber ) Pada saat ini penambangan sumber daya alam selalu bertentangan dengan lingkungan alam. Penamb...