Piroklastik (berasal dari bahasa
Yunani, πῦρ/piro, berarti api, dan κλαστός/klastik, yang berarti
rusak) adalah bebatuan klastik yang terbentuk dari material
vulkanik. Ketika material vulkanik dikirim dan diolah kembali melalui proses
mekanik, seperti dengan air atau angin, bebatuan tersebut disebut
vulkaniklastik. Piroklastik biasanya berhubungan dengan aktivitas vulkanik,
seperti gaya letusan gunung Krakatau. Piroklastik biasanya dibentukdari abu vulkanik, lapilli dan bom vulkanik yang dikeluarkan dari
gunung berapi, bergabung dengan bebatuan di daerah tersebut yang hancur. Aliran piroklastik
adalah salah satu hasil letusan gunung berapi yang bergerak dengan cepat dan
terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan bebatuan (diketahui sebagai tefra). Aliran ini dapat bergerak dari gunung
berapi dengan kecepatan 700 km/h. Gas dapat mencapai temperatur diatas 1000
derajat Celsius. Berasal terus daripada letusan
gunung berapi. Sedimen yang terendap semula ke permulaan bumi ini akan melalui
proses pemendapan seperti sedimen klastik lain. Batuan yang terbentuk daripada
sedimen gunung berapi Batuan piroklastik
secara umumnya di kelaskan berdasarkan kepada ukuran butiran (seperti batuan
terrigenous lain).
Pages
▼
BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu
tipe batuan yang telah ada sebelumnya atau batuan
yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan
sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan
mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan
tekanan yang tinggi, disebut juga protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari
150 °Celsius)
dan tekanan
ekstrim akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith
dapat berupa batuan sedimen, batuan beku,
atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf
adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan
metamorf disebut juga batuan Malihan merupakan jenis batuan yang sangat padat
dan kedap air. Batuan metamorf dapat terjadi karena adanya lokasi yang
bersentuhan atau berdekatan dengan magma yang disebut kontak metamorf atau
karena penambahan suhu tinggi (disebut Dinamo Metamorf). Batuan ini berfungsi
sebagai batu hias. Proses metamorfosa terjadi dalam
fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC – 6500C.
Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil
rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal
baru, begitupula pada teksturnya. Batuan metamorf
menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk
jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta
tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam
batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang
bersuhu tinggi.
Korelasi Stratigrafi
Korelasi Stratigrafi
Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah
menghubungkan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan
stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu. Adapun maksud dan tujuan
dari korelasi stratigrafi adalah untuk mengetahui persebaran lapisan-lapisan
batuan atau satuan-satuan batuan secara lateral, sehingga dengan demikian dapat
diperoleh gambaran yang menyeluruh dalam bentuk tiga dimensinya. Berikut ini
adalah beberapa contoh korelasi stratigrafi yang umum dilakukan antara lain:
(1). Korelasi Litostratigrafi, (2).
Korelasi Biostratigrafi, (3). Korelasi
Kronostratigrafi
1 Korelasi Lithostratigrafi
Korelasi litostratigrafi pada hakekatnya
adalah menghubungkan lapisan-lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan jenis
litologinya. Catatan: Satu lapis batuan adalah satu satuan waktu pengendapan.
Gambar 8.14
Korelasi litostratigrafi antara batugamping pada kolom “A“ dan
batugamping pada kolom “B”
Contoh:
Korelasi Litostratigrafi
Prosedur
dan penjelasan:
1. Korelasi dimulai dari bagian bawah dengan melihat litologi yang sama.
2. Korelasikan/hubungkan titik-titik lapisan batuan yang memiliki jenis
litologi yang sama (Pada gambar diwakili oleh garis warna hitam).
3. Konglomerat pada Sumur-1 dikorelasikan dengan konglomerat pada Sumur-2,
demikian juga antara batupasir dan batugamping di Sumur-1 dengan batupasir dan
batugamping dan lempung di Sumur-2.
4. Sebaran breksi di Sumur-1 ke arah Sumur-2 menunjukkan adanya pembajian.
5. Kemudian dilanjutkan antara napal dan lempung di Sumur-1 dengan napal dan
lempung di Sumur-2.
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau
beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan
teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik (di bawah permukaan) dan vulkanik (di atas permukaan). Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari
besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik (batuan intrusif) umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga
mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini
seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah).
Sedangkan batuan beku vulkanik (batuan ekstrusif) umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat
cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih
kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah),
dan dacite Umumnya,
proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur,
penurunan tekanan,
atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.