Pages

Geologi Pulau Sumba

Pendahuluan

Pulau Sumba memiliki posisi yang khas terkait dengan busur Sunda-Banda yang merepresentasikan sebuah potongan terisolasi dari kerak benua terhadap busur kepulauan vulkanik aktif (Sumbawa, Flores) dalam cekungan muka busur, terletak di bagian utara pada transisi antara Palung Jawa (bidang subduksi) dengan Timor Trough (bidang kolisi). Hal tersebut tidak menunjukkan efek kompresi kuat, berbeda dengan pulau-pulau sistem busur sebelah luar (Savu, Roti, Timor), sedangkan unit magmatik menjadi bagian yang substansial pada stratigrafi Kapur Akhir hingga Paleogen.

Secara batimetri, Sumba merupakan punggungan yang memisahkan cekungan muka busur Savu (kedalaman > 3000 m) di timur dan cekungan muka busur Lombok (kedalaman > 4000 m) di barat. Studi seismik refraksi menunjukkan (Barber et al., 1981) bahwa Sumba merupakan kerak benua dengan tebal 24 km (Chamalaun et al., 1981). Berdasrkan studi tektonik yang dilengkapi data paleomagnetik dan geokimia, beberapa ahli menganggap Sumba merupakan mikrokontinen atau fragmen kontinen (Hamilton, 1979; Chamalaun dan Sunata, 1982; Wensink, 1994, 1997; Vroon et al., 1996; Soeria-Atmadja et al., 1998).

Tiga model geodinamik untuk Sumba telah dikemukakan oleh Chamalaun et al. (1982) dan Wensink (1994) yaitu sebagai berikut: (1) Semula Sumba merupakan bagian dari Kontinen Australia yang telah terpisah ketika cekungan Wharton telah terbentuk, terapung dan bergerak ke arah utara kemudian terperangkap di belakang Palung Jawa bagian timur (Audley-Charles, 1975; Otofuji et al., 1981); (2) Sumba pernah menjadi bagian dari Paparan Sunda yang kemudian terapung dan bergerak ke arah selatan selama pembukaan Cekungan Flores (Hamilton, 1979; Von der Borch et al., 1983; Rangin et al., 1990); dan (3) Sumba merupakan salah satu mikrokontinen atau bagian dari kontinen yang lebih besar di dalam Tethys, yang kemudian terfragmentasi (Chamalaun dan Sunata, 1982).


Stratigrafi

            Stratigrafi Sumba telah banyak didiskusikan oleh beberapa ahli (van Bemmelen, 1949; Laufer dan Kraeff, 1957; Burollet dan Salle, 1982; Chamalaun et al., 1982; Von der Borch et al., 1983; Fortuin et al., 1992; Effendi dan Apandi, 1994; Abdullah, 1994; Fortuin et al., 1994, 1997). Pulau Sumba tersusun dari sedimen tidak termetamorfosis hingga sedikit termetamorfosis berumur Mesozoikum, secara tidak selaras dilapisi oleh endapan berumur Tersier dan Kuarter yang sedikit sekali terdeformasi; ketebalan total mencapai lebih dari 1000 m (van Bemmelen, 1949). Teras-teras terumbu karang yang menutupi tepi bagian yang mengarah ke laut dari Formasi Sumba berumur Neogen, hampir secara kontinu tersingkap ke permukaan di sepanjang pantai barat, pantai utara dan pantai timur Sumba (Hamilton, 1979).

  1. Seri Mesozoikum

Batuan berumur Mesozoikum tersingkap ke permukaan terutama di sepanjang pantai seperti bagian selatan dari Sumba Barat (Patiala, Wanokaka dan Konda Maloba) dan pada bagian selatan dari Pegunungan Tanadaro (Sungai Nyengu dan Labung). Tipe sedimen berupa batulanau karbonatan dengan batulempung vulkanogenik, terkadang menunjukkan gejala-gejala metamorfisme tingkat rendah, berlapis dengan batupasir, konglomerat, batugambing dan runtuhan vulkaniklastik. Secara keseluruhan terpotong oleh intrusi berumur Kapur Akhir dengan kisaran komposisi dari mikrogabro hingga diorit-kuarsa, dan juga oleh dykes granodioritic serta kalk-alkalin berumur Paleogen. Sedimen menunjukkan struktur slump berskala besar dan perekahan yang kuat. Sedimen tersebut merupakan Formasi Lasipu (Prasetyo, 1981). Kumpulan mikrofosil di dalam beberapa sampel mengindikasikan umur Coniacian hingga Campanian Awal (Burollet dan Salle, 1982); banyak Inoceramus sp. hadir. Material-material detrital salah satunya memberikan kesan asal-muasal dari kontinen, atau lingkungan busur kepulauan; hal tersebut tampak terlihat pada kipas bawah laut berumur Mesozoikum dengan endapan laut dangkal (Von der Borch et al., 1983) atau lingkungan batial laut terbuka (Burollet dan Salle, 1982).

  1. Seri Paleogen

Selama Paleogen, Sumba merupakan bagian dari busur magmatik yang dikarakterisasi oleh seri batuan vulkanik kalk-alkalin (Sumba Barat) dan sedimen laut dangkal. Endapan yang berhubungan termasuk tuf, ignimbrit, greywackes, sisipan batugamping foraminifera, napal, mikro-konglomerat dan batulempung. Batuan tersebut secara tidak selaras dilapisi batuan berumur Mesozoikum dan bergiliran secara tidak selaras dilapisi oleh Seri Neogen.

  1. Seri Neogen

Seismik refleksi lepas pantai menunjukkan sedimen laut dalam berumur Neogen membentuk sikuen sedimenter awal dari cekungan muka busur yang menghilang ke arah punggungan (Fortuin et al., 1992; Van der Werff et al., 1994a, b; Van der Werff, 1995; Fortuin et al., 1997). Kejadian mereka merefleksikan posisi stabil dari Punggungan Sumba di dalam cekungan muka busur sejak inisiasi sistem palung-busur Sunda selama Oligosen Akhir dan Miosen Awal (Silver et al., 1983; Reed, 1985; Barberi et al., 1987). Sedimen Neogen di Sumba memperlihatkan dua fasies yang berbeda: pada bagian barat, mereka direpresentasikan kebanyakan oleh batugamping terumbu, batugamping bioklastik, batugamping chalky dan napal, berlapis dengan napal tufaan, sedangkan sedimen dari bagian timur Sumba didominasi endapan turbidit vulkanik dengan perlapisan kapur pelagic dan batugamping chalky (Fortuin et al., 1994). Pada bagian pusat Sumba, fasies sedimenter tersebut menunjukkan hubungan menjari. Batuan tersebut umumnya tidak terganggu secara tektonik.

  1. Seri Kuarter


Keseluruhan pulau telah mengalami pengangkatan dengan cepat terhadap elevasinya sekarang, seperti yang diindikasikan oleh teras-teras berumur Kuarter yang mencapai ketinggian tidak kurang dari 500 m (Jouannic et al., 1988), dengan kecepatan rata-rata 0.5 mm/tahun pada bagian utara dan tengah Sumba (Pirazzoli et al., 1991). Teras-teras tersebut terdiri dari batupasir, konglomerat, napal dan batugamping terumbu menonjol yang secara tidak selaras dilapisi sedimen berumur Neogen dengan kemiringan relatif tidak curam di sepanjang pantai barat, pantai utara dan pantai timur. Secara lokal, endapan berumur Kuarter diendapkan secara tidak selaras di atas batuan berumur Mesozoikum di sepanjang pantai baratdaya.    

No comments:

Post a Comment