Tersesat ke Jalan yang
Benar, Geologi
Tulisan Heru Hendarto , Alumni Teknik Geologi UGM
Geolog mendeskripsi batuan (sumber : freeimages.com) |
Geologi?
Binatang apa sih itu? Itulah pertanyaan yang banyak ditujukan ke saya dahulu
saat nekat mengarsir kolom pilihan jurusan ini saat mengikuti UMPTN. Tak
tanggung-tanggung bahkan ibu saya pun meragukan ‘keberadaan’ jurusan ini. “Lha, jurusan apa itu? Nanti kerjanya
kayak apa?”, tanya beliau sambil mendelik. Namun maaf saja, tidak seperti
sebagian mahasiswa lain yang terdampar di geologi karena blind date, saya sendiri merasa sudah cukup paham binatang apa itu
geologi. Jadi, tidak hanya ekstra telaten mempelajari susunan mata kuliah bermodalkan
buku kurikulum kampus yang saya pinjam, saya pun sudah melakukan wawancara
dengan beberapa senior yang kebetulan kuliah di geologi. Dengan modal reconnasissance awal itu, mata saya pun
lebih terbuka tentang apa-apa yang dipelajari nantinya selama kuliah jika saya
masuk ke jurusan itu. Tentu saja, saya juga sudah tahu bahwa hampir semua
hitungan yang berat-berat dalam geologi di-convert
dan disajikan dalam bentuk tabel dan chart.
Jadi, kita tinggal mem-plot-kan saja
titik perpotongan dari sumbu-sumbunya dan nilai itulah yang kita ambil.
Seberapa akurat kah hasilnya itu? Yah, beda sepuluh-dua puluh persen dalam
geologi adalah sah-sah saja, apalagi jika chart
yang kita gunakan adalah hasil fotokopian textbook
yang kesekian kali turunan sehingga skalanya pun sudah mulur-mulur tidak karuan.
Idealnya sih, menurut textbook yang
saya baca, seorang geologist adalah seorang
yang awalnya juga ahli di bidang biologi, fisika, kimia dan matematika. Dan well, saya tidak ahli di bidang itu
satupun kecuali agak sedikit nyangkut di biologi (itu pun banyakan hapalnya di
pelajaran reproduksi he). Jadi sebenarnya motivasi saya masuk geologi cukup
jelas : “Saya senang naik gunung dan saya tidak jago sama sekali dalam ilmu
pasti namun sangat ingin sekali menyandang gelar Sarjana Teknik biar keren”.