Terminologi
geosyncline (Leet, 1982) : “merupakan
suatu cekungan dimana terakumulasi sedimen dengan ketebalan ribuan meter,
yang disertai penurunan lantai cekungan secara progresif yang disebabkan
oleh pembebanan sedimen”. Semua barisan pegunungan yang terlipat dibangun
dari geosinklin, namun tidak semua geosinklin menjadi barisan pegunungan. Lokasi
tipe geosinklin adalah geosinklin Appalachian, penemunya adalah James
Hall. Hall (1859) menyatakan bahwa “arah setiap rantai pegunungan
berhubungan dengan garis asal akumulasi sedimen yang sangat besar, atau
garis sepanjang sedimen yang sangat melimpah diendapkan”. Pada area
Appalachian, lapisan laut/air dangkal diendapkan setebal 40000 kaki,
sepuluh lebih tebal dari seri sedimentasi yang ada di Lembah Mississippi.
Teori geosinklin |
Perkembangan teori Hall
: sedimentasi yang sangat tebal kemudian menyebabkan adanya subsidence, dan
sumbu palungnya akan menjadi barisan pegunungan. Adanya subsidence tersebut
kemudian menghasilkan adanya lapisan yang terlipatkan, namun perlipatan
tersebut bukan penyebab dari naiknya sedimen tebal tersebut menjadi pegunungan.
Selain itu, adanya sedimentasi yang tebal diatas palung/cekungan terdalam
mengakibatkan adanya pergerakan material subcrustal yang berada dibawah palung.
Material tersebut bergerak secara lateral di bawah cekungan sedimen dan foreland – nya, sehingga daerah tersebut
naik.
Penamaan
geosinklin diperkenalkan oleh Dana (1873), yang merupakan proses penurunan
kerak dimana sedimentasi terakumulasi (geosinklinal). Pada intinya, teori
yang dikemukakan oleh Dana menambahkan teori yang diperkenalkan oleh Hall.
Ide yang sangat
fundamental : Selama kolapsnya perlipatan besar geosinklin yang didorong oleh
tekanan lateral, akan membentuk rangkaian perlipatan yang besar (sinklinorium).
Penurunan geosinklin ke kedalaman 35000 atau 40000 kaki yang berarti suatu
massa batuan yang mobile (kental atau plastis), 7 mil maksimum kedalaman dan
lebih dari 100 mil secara lateral, terdorong kesamping. Setelah itu, pada
bagian utamanya bergerak ke timur, dan menyebabkan jejak yang berbatasan dengan
laut pada sisi timur, yang kemudian terangkat sebagai suatu geantiklinal yang
paralel dengan palung yang subsidence. Tingginya busur geantiklinal dapat
tergantung kepada seberapa jauh batuan plastis dapat bergerak ke arah timur. Kemudian
lantai geosinklin menjadi lebih lemah yang disebabkan adanya isogeotherms, dan
pelemahan ini menyebabkan perlipatan sedimen geosinklin dan melahirkan barisan
pegunungan.
Teori Dana – Hall
yang menyatakan bahwa barisan pegunungan merupakan kelahiran geosinklin
berdasarkan dua pendapat utama : (1) determinasi lokasi barisan pegunungan yang
akan terbentuk didasarkan kepada adanya akumulasi sedimen pada suatu
geosinklin, (2) pegunungan menjadi rentan dalam proses yang relatif singkat,
selama perlapisan terlipat dan tersesarkan.
Menurut
L. De Launay (1921), Geosinklin adalah suatu zona penting yang panjang
dimana endapan batyal secara menerus diendapkan hingga mencapai suatu
ketebalan, dimana pendalaman berjalan secara simultan terhadap akumulasi.
Dalam
perkembangannya, terdapat beberapa penambahan terhadap teori Hall – Dana :
(1) vulkanisme dan intrusi selama pertumbuhan geosinklin induk, (2)
isostatik mengontrol selama perlipatan akibat appression sedimen geosinklinal, (3) metamorfisme dihasilkan
dari kondisi geosinklin dan kejadian yang mengikuti perlipatan, (4)
intrusi batolit, sintektonik dan epitektonik, dan hubungannya antara
intrusi batolitik dan kejadian suksesi perlipatan yang terdiri dari suatu
revolusi orogenesa berskala besar, (5) endapan bersifat metal sebagai
akibat dari successive cycles
dari aktifitas gunung api selama revolusi orogenesa.
No comments:
Post a Comment