Seorang ahli geologi hanya memerlukan
relatif sedikit peralatan untuk dapat bekerja di lapangan. Peralatan yang
esensil untuk geologi lapangan adalah palu, kompas, klinometer, lup, dan pita
ukur. Peralatan lain yang biasa diperlukan untuk penelitian lapangan adalah
tempat peta, buku catatan, skala peta, busur derajat, pensil, penghapus,
sebotol asam, dan pisau lipat. Pita ukur yang panjangnya sekitar 30 meter,
pedometer, stereonet, dan stereoskop saku kadang-kadang diperlukan untuk keperluan
tertentu. Spidol dan pinsil tukang kayu merupakan alat yang sangat baik untuk
menandai sampel. Meskipun bukan merupakan peralatan esensil, kamera dan
teropong dapat menjadi peralatan yang sangat terasa manfaatnya. Terakhir,
setiap ahli geologi memerlukan sebuah ransel untuk membawa segala sesuatu yang
dia bawa ke lapangan, termasuk makan siang!
Seorang ahli geologi juga harus mengenakan
sepatu dan pakaian yang sesuai dengan kebutuhan lapangan. Pakaian yang buruk
dapat mengundang risiko hipotermia. Sebuah daftar yang memperlihatkan berbagai
peralatan lapangan disajikan pada Lampiran IV. Daftar itu hendaknya selalu
dirujuk setiap kali kita akan pergi ke lapangan.
2.1 PALU GEOLOGI DAN PAHAT
Setiap ahli geologi lapangan memerlukan
paling tidak satu palu geologi yang akan digunakannya untuk memecahkan batuan.
Secara umum, palu geologi yang beratnya kurang dari 0,7 kg kurang bermanfaat
karena palu seperti itu hanya dapat dipakai untuk memecahkan batuan yang sangat
lunak. Palu yang dapat dipandang sebagai palu geologi terbaik untuk penelitian
lapangan adalah palu yang beratnya 0,9-1,2 kg.
Jenis palu geologi yang paling banyak
digunakan oleh para ahli geologi Eropa adalah palu yang salah satu ujungnya
berbentuk bujur sangkar, sedangkan ujung yang lain berbentuk pahat. Para ahli
geologi yang berasosiasi dengan dunia per-tambangan umumnya lebih menyukai tipe
palu geologi yang salah satu ujungnya runcing. Ujung palu yang runcing itu
dapat dimasukkan ke dalam rekahan yang ada dalam batuan sehingga memudahkan proses
pengambilan sampel batuan yang relatif lepas. Ujung palu yang runcing juga
dapat digunakan untuk menggali tanah dalam rangka mencari float.
Kedua tipe palu tersebut di atas diberi
gagang kayu, fiberglass, atau dari bahan campuran karet. Jika memiliki
palu yang gagangnya terbuat dari kayu, belilah sebuah gagang cadangan dan pasak
besi untuk menempelkan kepala palu.
Para ahli geologi yang meneliti batuan
beku dan batuan metamorf lebih menyukai palu yang relatif berat. Palu geologi
yang beratnya sekitar 1,8 kg memang tersedia di pasaran. Walau demikian, palu
gada ("club" hammer) dapat digunakan untuk tujuan tersebut dan
harganya jauh lebih murah dibanding palu geologi yang berat. Palu ini akan
dapat digunakan dengan lebih efektif apabila gagangnya cukup gagang.
Sekedar kegiatan memukul-mukul batuan
bukan merupakan cara terbaik untuk mengumpulkan sampel batuan atau fosil. Untuk
tujuan tersebut kadang-kadang diperlukan alat lain, yakni pahat. Ukuran ujung
pahat bermacam-macam. Ukuran pahat yang sebaiknya kita bawa ke lapangan sangat
tergantung pada tujuan pemakaiannya. Pahat berukuran kecil—dengan lebar mata
pahat sekitar 0,5 cm—mungkin ideal untuk digunakan sebagai alat pengambil
sampel fosil berukuran kecil dari serpih. Untuk memecahkan sebuah batuan yang
relatif keras, diperlukan sebuah pahat yang ukurannya lebih besar—dengan lebar
mata pahat sekitar 2–2,5 cm. Dalam kaitannya dengan hal ini, para ahli geologi
agaknya dapat mencontoh kebiasaan para ahli pertambangan; mereka umumnya
memandang linggis ("moil") lebih efektif untuk keperluan
lapangan. Linggis itu berupa sebatang besi yang panjangnya 25–30 cm dan
diameter 2,5 cm.
Satu hal yang tidak boleh dilakukan oleh
seorang ahli geologi adalah menggunakan sebuah palu sebagai pahat, kemudian
memukulnya dengan palu geologi lain. Palu geologi tidak sama dengan pahat. Mata
palu geologi yang tumpul dibuat sedemikian rupa sehingga sangat keras dan kuat.
Ujung pahat tidak seperti itu. Bila ujung palu geologi tersebut dipukul oleh
palu lain, maka kemungkinan besar akan memercikkan api, bahkan potongan logam.
Percikan api atau potongan logam itu sangat berbahaya bagi mata atau wajah.
Sebagian ahli geologi membawa palu dalam
kantong khusus yang dibuat untuk tujuan tersebut. Dengan adanya kantong
tersebut, kedua tangannya akan bebas untuk digunakan mendaki, merajahkan
sesuatu pada peta, atau menulis. Kantong palu secara khusus diperlukan apabila
kita bekerja di lubang pertambangan karena pada tempat seperti itu kita harus
sering naik turun tangga. Kantong palu dapat dengan relatif mudah dibeli di
banyak tempat, atau dibuat sendiri dari kulit keras.
Terakhir, perlu dicamkan bahwa manfaat
palu geologi adalah untuk memecahkan batuan. Praktek pemecahan batuan telah
dibahas secara khusus dalam Health and Safety at Work Act yang
dikeluarkan oleh pemerintah Britania. Dalam salah satu klausulnya dinyatakan
bahwa kegiatan itu hendaknya dilakukan dengan menggunakan kacamata pengaman (safety
goggles).
Hingga dewasa ini mungkin belum ada
satupun kompas yang dapat dipandang sebagai kompas geologi ideal. Para ahli
geologi Amerika umumnya membawa kompas Brunton; para ahli geologi Perancis
biasa memakai kompas Chaix-Universelle; sedangkan para ahli geologi Swiss biasa
menggunakan kompas Meridian. Dewasa ini banyak ahli geologi yang menggunakan
kompas Silva buatan Swedia. Kompas Silva dilengkapi dengan sistem damping
yang baik. Selain itu, kompas Silva juga harga-nya jauh lebih murah dibanding
kompas geologi lain. Kompas silva model 15TD.CL, yang dilengkapi dengan sebuah
klinometer, dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan para ahli geologi. Salah
satu kelebihan kompas ini adalah bahwa arah yang ditunjukkan oleh kompas itu
dapat langsung dirajahkan pada peta dengan menggunakan sisi kompas itu sendiri
sebagai sebuah busur derajat. Sebagaimana kompas Brunton, kompas Silva kurang
ideal untuk membidik objek yang jauh.
Kompas "Clar" juga dirancang
khusus untuk memenuhi kebutuhan para ahli geologi. Meskipun memiliki beberapa
kelebihan tersendiri, namun kompas itu terlalu mahal untuk saku seorang
mahasiswa. Kelemahan dari kebanyakan kompas, dengan pengecualian untuk kompas
Brunton dan kompas Meridian, adalah tidak dilengkapi dengan fasilitas sipat
datar (hand-levelling) yang memungkinkan dilakukannya pengukuran sudut
vertikal pada jarak yang relatif jauh. Padahal, dalam pekerjaan geologi, kita
seringkali melakukan pengukuran seperti itu.
Dengan pengecualian untuk kompas Silva,
semua kompas geologi ditawarkan dengan harga yang mahal. Salah satu jalan
keluar yang dapat dipilih adalah membeli sebuah kompas prisma (prismatic
compass) yang relatif murah, kemudian membeli pula sebuah klinometer secara
terpisah.
2.2.1 Graduasi Kompas
Lingkaran graduasi kompas bermacam-macam.
Ada dua tipe graduasi yang dapat dipilih:
1.
Graduasi tradisional
(graduasi derajat). Dalam graduasi ini, lingkaran kompas dibagi ke dalam 360
bagian, dimana setiap bagian berharga 1o.
2.
Graduasi
kontinental. Dalam graduasi ini, lingkaran kompas dibagi ke dalam 400 bagian,
dimana setiap bagian itu berharga 1g (baca: "satu grad").
Kedua
tipe graduasi itu masih digunakan di daratan Eropa hingga sekarang.
Jika kita memilih kompas dengan lingkaran
graduasi tradisional, kita juga akan dihadapkan pada pilihan berikutnya, yakni
menentukan apakah graduasi kompas itu ditampilkan dalam bentuk graduasi azimuth
atau graduasi kuadran. Dalam graduasi azimuth, lingkaran kompas dinyatakan
dengan harga derajat mulai dari 0 hingga 360. Dalam graduasi kuadran, kompas
dibagi ke dalam empat kuadran, dimana harga derajat dalam setiap kuadran itu
berkisar mulai dari 0 hingga 90. Penulis menyarankan digunakannya kompas dengan
graduasi azimuth karena hasil pembacaannya dapat dinyatakan dengan simbol yang
lebih ringkas serta membantu kita dalam menghindarkan terjadinya kekeliruan
pembacaan arah. Beberapa nilai perbandingan antara nilai arah yang dinyatakan
dalam "satuan" kuadran dengan "satuan" azimuth
diperlihatkan pada tabel 2-1.
Tabel
2-1. Perbandingan beberapa contoh nilai arah yang
dinyatakan
dalam graduasi kuadran dan graduasi azimuth
Graduasi kuadran
|
Graduasi azimuth
|
U36oT
|
036o
|
U36oB
|
324o
|
S36oT
|
144o
|
S36oB
|
216o
|
2.2.2 Cara Memakai Kompas
Pemakaian kompas prisma berbeda dengan
pemakaian kompas cermin.
Penentuan kedudukan suatu objek dengan
menggunakan kompas prisma adalah sebagai berikut. Kompas diangkat setinggi
mata, kemudian kita meneropong objek tersebut melalui lubang yang ada dalam
kompas sedemikian rupa sehingga objek, lengan penunjuk, dan rambut tegak yang
ada pada kompas tersebut terletak pada satu garis. Pada posisi seperti itu,
kedudukan objek tersebut, terhitung dari titik bidik, sama dengan nilai yang
ditunjukkan oleh jarum kompas.
Penentuan kedudukan suatu objek dengan
menggunakan kompas cermin, misalnya kompas Brunton atau kompas Silva, adalah
sebagai berikut. Kompas diletakkan setinggi pinggang, kemudian kita melihat
objek melalui cermin sedemikian rupa sehingga objek, lengan penunjuk, dan
rambut tegak yang ada dalam cermin terletak dalam satu garis. Pada posisi
seperti itu, kedudukan objek tersebut, terhitung dari titik bidik, sama dengan
nilai yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Cara pemakaian kompas cermin ini
memerlukan latihan tersendiri (gambar 2-1). Kompas cermin juga dapat digunakan
dengan cara seperti kompas prisma, namun angkanya dilihat melalui cermin yang
ada pada tutup kompas tersebut.
Apabila kompas yang digunakan tidak
dilengkapi dengan sebuah sistem damping, sehingga jarum kompas sulit
berhenti dan terus berayun selama berlangsungnya proses pengukuran, maka nilai
arah ditentukan dengan cara memperkirakan titik dimana jarum kompas itu
kemungkinan akan berhenti berayun. Prakiraan itu hendaknya dibuat dengan
mempertimbangan kisaran ayunan jarum kompas.
Kompas cermin memiliki satu kelebihan
tersendiri dibanding kompas prisma, yakni dapat dipakai pada kondisi
pencahayaan yang minim, misalnya ketika dipakai dalam lubang pertambangan.
2.2.3 Klinometer
Tidak banyak kompas yang dilengkapi dengan
klinometer. Klinometer dapat dibeli sebagai sebuah peralatan yang terpisah dari
kompas. Beberapa klinometer, misalnya klinometer Suunto buatan Finlandia,
memiliki kelebihan tersendiri karena dapat digunakan sebagai sipat datar
genggam (hand level). Beberapa tipe sipat datar, misalnya sipat datar
Abney, juga dapat dipakai sebagai klinometer. Walau demikian, pemakaiannya
kurang nyaman. Burgess' level dan indikator sudut, yang dirancang untuk
digunakan oleh orang awam, juga dapat dipandang sebagai sebuah klinometer yang
murah dan efektif. Sebuah sipat datar yang murah, misalnya yang ditawarkan oleh
Rabone, juga dapat digunakan sebagai sebuah klinometer. Walau demikian, untuk
dapat memakainya di lapangan, kita harus mengeluarkan terlebih dahulu sebuah
lempeng magnet yang ada pada sipat datar tersebut karena magnet itu dapat
mengganggu nilai pembacaan kompas. Penggaris klinometer yang panjangnya sekitar
2 kaki, dan biasanya dipakai oleh para tukang kayu dan bangunan, dapat
digunakan sebagai sebuah alat pengukur lineasi.
Klinometer dapat dibuat sendiri dengan
menggunakan prinsip pendulum. Caranya adalah sebagai berikut. Fotocopy sebuah
busur derajat yang berbentuk setengah lingkaran. Ganti nomor-nomor yang tertera
pada busur itu dengan nomor-nomor baru sedemikian rupa sehingga angka 0o
terletak di tengah-tengah (bukan di pinggir busur) dan harganya makin membesar
ke arah pinggir (gambar 2-2). Tempelkan fotocopy itu pada sebuah perspex
Tempelkan sebuah selang plastik transparan pada perspex tersebut tepat
pada sisi busur (lihat kembali gambar 2-2), kemudian masukkan sebuah bola ke
dalam selang itu. Tutup ujung selang plastik itu sedemikian rupa sehingga bola
yang ada didalamnya tidak mungkin menggelundung keluar (Barnes, 1985).
2.2.4 Kompas Lineasi
Orang
Jepang memproduksi sebuah kompas yang dirancang untuk dapat mengukur trend
dan plunge secara simultan. Badan kompas itu dapat bergerak ke segala
arah sedemikian rupa sehingga kedudukan selalu horizontal. Kompas itu dapat
digunakan secara efektif, sekalipun pada suatu posisi yang sulit untuk diukur
dengan kompas lain.
2.3.
LUP
Setiap ahli geologi hendaknya memiliki
sebuah lup serta harus membiasakan dirinya untuk sering membawa lup. Lup yang
agaknya paling sesuai dengan kebutuhan penelitian geologi adalah lup dengan
perbesaran 7X hingga 10X. Meskipun dewasa ini banyak ditawarkan lup-lup yang
relatif murah, namun kita perlu selalu berusaha untuk mendapatkan lup
berkualitas tinggi. Lup seperti itu akan memberikan keseragaman bayangan di
setiap sudut pandang dan biasanya cukup awet. Agar tetap awet, kita sebaiknya
mengikat lup itu dengan sebuah tali panjang. Tali itu kemudian dilingkarkan di
leher kita.
Kita sebaiknya memiliki lebih dari satu
buah lup. Simpan lup cadangan itu di pangkalan kerja lapangan. Tidak ada hal
yang lebih menyedihkan daripada menemukan kenyataan bahwa satu-satunya alat
yang menghubungkan kita dengan dunia batuan hilang di lapangan dan kita tidak
memiliki alat lain yang dapat menggantikan kedudukannya.
2.4. PITA UKUR
Setiap pergi ke lapangan kita perlu selalu
membawa pita ukur gulung. Pita ukur yang biasa dipakai memiliki panjang sekitar
3 meter. Dengan adanya pita ukur itu, kita dapat mengukur banyak hal, mulai
dari besar butir partikel penyusun batuan hingga ketebalan lapisan batuan.
Selain itu, pita ukur juga dapat digunakan sebagai pembanding dalam foto
singkapan, foto suatu bagian batuan, atau foto fosil yang berukuran relatif
besar.
Para ahli geologi juga kadang-kadang
menggunakan pita ukur yang panjangnya 30 meter. Meskipun pita ukur yang panjang
seperti itu tidak diperlukan setiap hari, namun kita perlu selalu membawanya ke
lapangan. Pada saat tidak diperlukan, pita ukur itu dapat disimpan di pangkalan
kerja lapangan.
Jaga pita ukur agar awet. Gulung pita ukur
apabila berada dalam keadaan bersih, karena setiap kotoran yang menempel pada
pita ukur dapat menyebabkan rusaknya graduasi pita ukur. Sewaktu kita melakukan
proses pengukuran terus-menerus, dan jika pita ukur itu berdebu atau kotor,
gulung di luar (jangan dimasukkan ke dalam kotak pita ukur). Jika proses
pengukuran telah selesai dilaksanakan atau jika kita hanya menggunakannya
sekali-sekali, masukkan kembali pita ukur itu ke dalam kotaknya. Lakukan
penggulungan dengan cara menempatkan ibu jari dan telunjuk pada sisi-sisi pita
ukur sedemikian rupa sehingga pita ukur itu berada dalam keadaan bersih sewaktu
masuk ke dalam kotaknya. Setelah selesai digunakan pada satu hari kerja, cuci
dan keringkan pita ukur sebelum disimpan kembali di tempatnya.
2.5 TEMPAT PETA
Tempat peta (map case) merupakan
alat kerja lapangan yang penting artinya, terutama jika pekerjaan tersebut
dilaksanakan di musim hujan atau di saat banyak embun. Pada hari yang cerah
sekalipun, tempat peta dapat melindungi harta karun kita dari sengatan sinar
matahari dan tangan yang berpeluh.
Tempat peta hendaknya dibuat dari bahan
yang cukup keras sehingga dapat berperan sebagai meja pada saat kita
merajah-kan sesuatu di atas peta .Tempat peta juga harus dapat melindungi peta.
Terakhir, tempat peta harus mudah ditutup dan dibuka. Kalau susah ditutup dan
dibuka, tempat peta dapat menjadi sumber kemalasan kita dalam merajahkan
sesuatu di atas peta.
Tempat peta yang paling ideal mungkin
adalah tempat peta buatan sendiri (gambar 2-3). Tempat tersebut akan lebih
terasa berguna apabila dilengkapi dengan tempat penyimpanan pinsil dan karet
penghapus.
2.6 BUKU CATATAN
Jangan terlalu irit untuk menggunakan buku
catatan lapangan. Buku itu hendaknya dibuat dari kertas tahan air yang
ber-kualitas tinggi, diberi sampul yang keras, serta dilem atau dijahit dengan
kuat. Buku itu harus tahan banting dan dapat tetap digunakan dalam cuaca buruk.
Semua syarat tersebut di atas diajukan semata-mata dengan harapan kita tidak
akan pernah menyesal memilikinya. Tidak ada hal yang lebih menjengkelkan
daripada menemukan beberapa lembar catatan lapangan yang kita buat selama
berminggu-minggu terbang terbawa angin. Loose-leaf books secara khusus
mudah mengalami hal-hal seperti itu. Sampul yang keras diperlukan agar
memudahkan kita dapat menuliskan atau menggambarkan sesuatu dalam buku
tersebut.
Buku catatan hendaknya cukup kecil
sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku baju atau saku celana. Di lain pihak,
buku catatan juga hendaknya cukup besar sehingga tidak menimbulkan kesulitan
untuk mengisinya. Ukuran yang baik adalah sekitar 12 x 20 cm.
Cobalah untuk membeli buku catatan yang
lembarannya diberi kotak-kotak kecil karena lembaran seperti itu memudahkan
kita dalam membuat sketsa lapangan. Ukuran sisi setiap kotak itu adalah sekitar
0,5 cm.
Selain itu, ada baiknya apabila kita juga
melengkapi buku catatan dengan sebuah pita karet. Adanya pita karet itu akan
menyebabkan lembaran-lembarannya tetap mendatar sewaktu kita bekerja di bawah
hembusan angin. Selain itu, adanya karet tersebut dapat menjadi tanda dimana
kita menuliskan catatan terakhir.
2.7 PENGGARIS SKALA
Seorang ahli geologi harus menggunakan
skala dengan benar. Alat bantu untuk mendapatkan skala yang benar adalah
penggaris skala (penggaris skala yang agaknya paling nyaman digunakan di
lapangan adalah penggaris skala yang panjangnya 15 cm). Mistar biasa kurang
memadai untuk keperluan tersebut: mistar biasa jarang yang memiliki sisi-sisi
yang cukup tipis sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan dilakukannya
perajahan jarak secara akurat. Selain itu, pemakaian mistar biasa akan menuntut
kepala kita untuk selalu menghitung setiap kali akan merajahkan jarak. Hal itu,
pada gilirannya, dapat menjadi sebuah sumber kekeliruan.
Apabila dibandingkan dengan manfaatnya,
harga sebuah penggaris skala terhitung murah. Penampang dari penggaris skala
itu umumnya oval dan pada kedua sisinya diberi empat graduasi yang beragam.
Kombinasi skala yang agaknya paling baik untuk keperluan pekerjaan lapangan
geologi adalah 1 : 50.000, 1 : 25.000, 1 : 12.500, dan 1 : 10.000. Beri tanda
setiap skala itu, misalnya saja dengan selotip berwarna, sedemikian rupa
sehingga suatu skala dapat dengan cepat ditemukan pada saat kita memerlukannya.
Meskipun penggaris skala yang penampang
melintangnya berbentuk segitiga memang menarik. Namun, sisinya yang tajam
seringkali terkelupas atau rusak sewaktu digunakan di lapangan.
2.8 BUSUR DERAJAT
Busur derajat merupakan alat yang murah,
namun sangat penting artinya dalam pekerjaan lapangan geologi. Busur yang
sesuai untuk dipakai di lapangan ialah yang berbentuk setengah lingkaran dengan
diameter sekitar 15–20 cm. Busur berbentuk lingkaran tidak sesuai untuk
digunakan sebagai alat perajahan arah kompas di lapangan.
Bila kita akan pergi ke lapangan, bawalah
paling tidak dua buah busur sehingga bila salah satu hilang, kita masih
memiliki gantinya. Ingatlah peranan busur dalam pekerjaan lapangan sangat
penting.
2.9 PINSIL DAN KARET PENGHAPUS
Paling tidak ada tiga tipe pinsil yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pemetaan di lapangan:
1.
Pinsil yang
keras (4H atau 6H), untuk merajahkan arah geografis dalam peta.
2.
Pinsil yang
lebih lunak (2H atau 4H), untuk merajahkan kedudukan unsur struktur dan membuat
catatan dalam peta.
3.
Pinsil yang
relatif lunak (2H) untuk mencatat segala sesuatu dalam buku catatan lapangan.
Jangan
menggunakan pinsil yang terlalu lunak karena tampak kotor dan perlu sering
dipertajam. Pinsil lunak juga tidak dapat menghasilkan garis-garis yang cukup
tajam, padahal garis-garis seperti itu diperlukan pada saat kita merajahkan
sesuatu dalam peta geologi. Garis yang dihasilkan oleh pinsil lunak juga seringkali
mudah hilang. Belilah pinsil berkualitas tinggi. Apabila memungkinkan, belilah
pinsil yang dilengkapi dengan penghapus di ujungnya. Kalau tidak memungkinkan,
belilah sebuah karet penghapus berkualitas tinggi yang dapat ditempelkan di
ujung pinsil. Beli juga sebuah karet penghapus berkualitas tinggi yang
ukurannya cukup besar, kemudian ikatkan dengan sebuah tali pada lubang kancing
kemeja atau pada tempat peta. Bawa selalu pinsil dan karet penghapus cadangan.
Selain pinsil biasa kita juga memerlukan
pinsil berwarna. Untuk itu, beli juga pinsil warna berkualitas tinggi. Selama
melaku-kan penelitian, buatlah daftar nomor pinsil warna yang dipakai untuk
memberi simbol litologi atau simbol-simbol khusus lainnya pada peta lapangan.
Daftar ini diperlukan agar kita dapat membeli ganti suatu pinsil warna tertentu
dengan pinsil lain yang identik dengannya.
Jangan menggunakan stylus-type ink pens
di lapangan. Pena seperti itu memang dapat menghasilkan garis tajam pada peta
yang kering, namun coretannya akan memberikan hasil yang mengecewakan pada peta
yang lembab.
Tinta tahan air (dan hanya tinta tahan
air) yang hendaknya digunakan untuk merajahkan sesuatu pada peta. Walau
demikian, coretan tinta seperti itu tidak dapat dihapus kembali.
2.10 ASAM
Selama melakukan pekerjaan lapangan kita
harus selalu membawa sebotol asam dalam ransel. Botol asam itu hendaknya berisi
asam klorida (HCl) 10% dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Untuk penelitian
satu hari, termasuk di daerah yang disusun oleh batugamping, kita biasanya
hanya memerlukan asam sebanyak 5 ml. Untuk menguji keberadaan material
karbonatan dalam suatu batuan, kita hanya memerlukan satu tetes asam tersebut.
Botol asam sebaiknya dibuat dari plastik
dan tutupnya diberi pipet, baik pipet yang masuk ke dalam maupun ke luar. Botol
seperti itu memiliki kelebihan tersendiri, yakni hanya mengeluarkan satu tetes
asam setiap kali ditekan, tidak pecah, dan tidak bocor. Simpan selalu asam
cadangan di pangkalan kerja.
2.11 PERALATAN LAIN
Berikut
akan dikemukakan beberapa peralatan lain yang mungkin diperlukan dalam kegiatan
pemetaan geologi.
2.11.1 Stereonet
Stereonet saku (pocket stereonet)
akan sangat terasa manfaatnya apabila kita memetakan lineasi. Trend dan plunge
dapat dihitung di setiap lokasi pengamatan berdasarkan data pengukuran jurus
dan pitch bidang perlapisan, bidang foliasi, atau bidang perpotongan
antara dua bidang struktur.
Stereonet merupakan slide-rule bagi
seorang ahli geologi dan setiap ahli geologi struktur akan banyak menemukan manfaat
dari stereonet saku.
Stereonet saku dapat dibuat sendiri dengan
cara menempelkan foto copy sebuah Wulff net dan Schmidt net
berdiameter 15 cm pada sebuah perspex tipis. Tempatkan sebuah perspex
lain yang dapat diputar-putar di atas perspex pertama. Setiap garis yang
dibuat dengan pinsil di atas perspex kedua itu dapat dengan relatif
mudah dihapus kembali.
2.11.2 Stereoskop
Kita mungkin memerlukan sebuah stereoskop saku (pocket
stereoscope) apabila melakukan pemetaan di atas potret udara. Stereoskop
itu dapat memberikan gambaran trimatra dari satu pasangan potret udara. Walau
demikian, ada baiknya apabila kita selalu mencoba untuk mendapatkan gambaran
mental trimatra tanpa menggunakan stereoskop. Untuk itu kita perlu berlatih.
2.11.3 Pedometer
Pedometer hanya bermanfaat pada saat kita melakukan
pemetaan tinjau (reconnaissance mapping) pada skala 1 : 100.000 atau
lebih kecil lagi. Pedometer tidak memberikan informasi jarak secara langsung;
pedometer menyatakan jumlah langkah yang kita buat dan kemudian mengkonversikan
jumlah langkah itu kepada ukuran jarak sesuai dengan ukuran langkah kita.
Berikan nilai kompensasi untuk langkah-langkah yang relatif pendek, misalnya
saja pada saat kita mendaki.
2.11.4 Barometer
Pada
beberapa kasus, altimeter (yakni barometer yang diberi graduasi nilai
ketinggian) dapat menjadi alat bantu yang sangat bermanfaat di lapangan.
Altimeter berukuran kecil dan kuat, misalnya altimeter Thommen, cukup akurat
untuk dapat mementuhi tuntutan sebagian besar penelitian geologi dan harganya
pun tidak terlalu mahal.
Ingatlah
bahwa kita perlu selalu membawa altimeter itu dalam tas tangan sewaktu
membawanya ke dalam pesawat udara. Kabin pesawat udara telah diberi tekanan
tertentu, sedangkan kompartemen bagasi tidak. Karena sebagian besar altimeter
hanya dapat digunakan hingga tempat yang ketinggiannya 5000 meter di atas muka
air laut, maka apabila alat itu sering dibawa naik pesawat yang terbang pada
ketinggian 10.000 atau 15.000 meter di atas muka air laut, maka alat itu dapat menjadi
rusak.
2.12 PAKAIAN LAPANGAN
Agar
dapat bekerja secara efisien, seorang ahli geologi hendaknya memakai pakaian
yang sesuai. Di daerah berikilm sedang atau beriklim dingin, gunakan celana loose-fitting;
jeans tidak cukup hangat. Pada cuaca yang sangat dingin, gunakan "long
johns" atau celana piyama di bawah celana luar atau pakailah celana
luar yang tahan air. Pada saat cuaca hangat, bawalah sebuah sweater dan waterproof
anorak atau cagoule dalam ransel. Apabila hari menjadi makin dingin,
pakailah jaket lapangan, kemeja yang lebih tebal, dengan rompi hangat di bagian
dalam. Pastikan bahwa kita selalu membawa pakaian luar yang tahan air dan mampu
menahan hembusan angin untuk digunakan pada cuaca buruk. Bawa juga topi wool.
Perlu diketahui bahwa proses penghilangan panas paling cepat terjadi melalui
kulit kepala. Selain itu, kita juga kadang-kadang tidak merasa nyaman untuk
menempatkan kepala setiap saat di bawah topi anorak. Di daerah berikilm
dingin, pakai selalu sarung tangan. Sebagian ahli geologi lebih menyukai sarung
tangan yang ujung-ujungnya bolong sedemikian rupa sehingga sarung tangan
seperti itu memungkinkan seseorang untuk dapat menulis dengan baik sewaktu
tangannya tetap terbungkus oleh sarung tangan. Walau demikian, ada baiknya
apabila kita selalu membawa serta sarung tangan tahan air. Sarung tangan
mungkin merupakan salah satu alat pelindung tubuh yang paling mudah hilang.
Karena itu, bawa selalu sarung tangan cadangan dan simpan di pangkalan kerja
lapangan. Rompi nelayan, dengan kantongnya yang demikian banyak, merupakan
salah satu jenis pakaian ideal untuk digunakan oleh para ahli geologi yang
bekerja di bawah cuaca baik.
Di daerah
beriklim hangat, pakaian tidak terlalu menjadi masalah. Walau demikian, sebelum
benar-benar teraklimatisasi dengan terik sinar matahari, pakai selalu kemeja
lengan panjang dan celana panjang. Luka bakar akibat sengatan sinar matahari
akan terasa perih, bahkan dapat membahayakan. Untuk bekerja di daerah beriklim
panas, disarankan untuk mengena-kan "topi rimba". Sisi-sisi topi yang
menutupi bagian muka mungkin jauh lebih efektif dibanding sebuah kacamata.
Sepatu
yang digunakan untuk penelitian lapangan di daerah beriklim sedang, basah, dan
dingin hendaknya kuat dan tahan air. Sepatu itu hendaknya dilengkapi dengan sol
yang bergerigi. Sepatu kulit memang mahal harganya, namun itu merupakan salah
satu bagian dari peralatan yang perlu dimiliki oleh seorang ahli geologi.
Sepatu karet "Wellington" dapat dipakai sewaktu bekerja di daerah
berawa. Sebagian sepatu karet memiliki sol yang sangat baik sehingga cukup
nyaman untuk digunakan di daerah berbatu. Walau demikian, sepatu karet tidak
nyaman untuk dipakai jalan jauh. Di daerah berikilm panas-kering, sepatu yang
ideal untuk digunakan dalam penelitian lapangan adalah sepatu boot yang
tingginya semata kaki. Walau demikian, untuk bekerja di daerah pegunungan
dimanapun di seluruh dunia ini, kita sebaiknya menggunakan sepatu boot yang
cukup berat.
Sewaktu
membeli pakaian lapangan, pilihlah anorak yang berwarna kuning, jingga,
atau merah. Pakaian dengan warna seperti itu akan memudahkan tim SAR dalam
mencari seorang ahli geologi yang mengalami kecelakaan sewaktu bekerja di
lapangan.
Artikel yang bagus sekali. semoga blognya semakin berkembang dan bermanfaat.
ReplyDeleteBagi yang mau beli alat geologi bisa kunjungi website TokoGeologist.com ya, lokasi di Yogyakarta.
sukses selalu ya gan!
terima kasih