Batuan metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu
tipe batuan yang telah ada sebelumnya atau batuan
yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan
sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan
mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan
tekanan yang tinggi, disebut juga protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari
150 °Celsius)
dan tekanan
ekstrim akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith
dapat berupa batuan sedimen, batuan beku,
atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf
adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan
metamorf disebut juga batuan Malihan merupakan jenis batuan yang sangat padat
dan kedap air. Batuan metamorf dapat terjadi karena adanya lokasi yang
bersentuhan atau berdekatan dengan magma yang disebut kontak metamorf atau
karena penambahan suhu tinggi (disebut Dinamo Metamorf). Batuan ini berfungsi
sebagai batu hias. Proses metamorfosa terjadi dalam
fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC – 6500C.
Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil
rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal
baru, begitupula pada teksturnya. Batuan metamorf
menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk
jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta
tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam
batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang
bersuhu tinggi.
Contoh batuan endapan yang malih
menjadi batuan metamorf. antara lain:
- batu pualam atau marmer, berasal dari batu gamping;
- sabak atau batu tulis, berasal dari serpih
- grafit (bahan pensil), berasal dlari karbon;
- kuarsit, berasal dari batu pasir;
- antrasit, berasal dari batu bara.
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang mengubah
mineral suatu batuan pada fasa padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika
dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua:
- Metamorfosa Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah: - Metamorfosa kontak/thermal
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3 km. - Metamorfosa
dinamo/dislokasi/kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan. - Metamorfosa Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah: - Metamorfosa
regional/dinamothermal
Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi adalah temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih intensif apabila diikuti oleh orogenesa. - Metamorfosa beban/burial
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi terjadi pada daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan sedimen yang tebal di bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di bagian bawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa.
Sekis Hijau |
Eklogit |
Gneiss |
Sekis Biru |
No comments:
Post a Comment