Dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian
yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan juga mempunyai skala yang relatif kecil, yaitu 1 : 50.000 sampai 1
: 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
A. Studi literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi
terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu),
catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan
disurvei.
Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya,
studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi
regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan
endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang
pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
B. Survei dan pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi
sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta
topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu
dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada
peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung
ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi
peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian
atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah
perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan
kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut
harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi,
inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan
sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau
dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian
digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model
geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang
pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching),
dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus
diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model
penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll.
dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan
harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang
baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
No comments:
Post a Comment