Basement pre-Eosen
Bagian baratdaya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil
(Kapur Awal) sebagai bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi baratdaya
Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, Sumatra, dan semenanjung Malaysia. Wilayah
ini dikenal sebagai Sundaland. Ofiolit dan sediment dari busur kepulauan dan
fasies laut dalam ditemukan di Pegunungan Meratus, yang diperkirakan berasal
dari subduksi Mesozoikum.
Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan terdapat sediment laut dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit di (Lupar line, Gambar 3; Tatau-Mersing line, Gambar 4 dan 5; Boyan mélange antara Cekungan Ketungai dan Melawi), dan unit lainnya yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Peter dan Supriatna (1989) menyatakan bahwa terdapat intrusive besar bersifat granitik berumur Trias diantara Cekungan Mandai dan Cekungan Kutai atas, memiliki kontak tektonik dengan formasi berumur Jura-Kapur.
Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan terdapat sediment laut dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit di (Lupar line, Gambar 3; Tatau-Mersing line, Gambar 4 dan 5; Boyan mélange antara Cekungan Ketungai dan Melawi), dan unit lainnya yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Peter dan Supriatna (1989) menyatakan bahwa terdapat intrusive besar bersifat granitik berumur Trias diantara Cekungan Mandai dan Cekungan Kutai atas, memiliki kontak tektonik dengan formasi berumur Jura-Kapur.
Gambar 1: NW – SE Cross section Schematic reconstruction (A) Late Cretaceous, and
(B) Eocene (Pertamina
BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).
|
Permulaan Cekungan Eosen
Banyak
penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah tenggara di bawah
baratlaut Kalimantan (Gambar 1 dan 2) pada periode Kapur dan Tersier awal dapat
menjelaskan kehadiran ofiolit, mélanges, broken formations, dan struktur
tektonik Kelompok Rajang di Serawak (Gambar 3), Formasi Crocker di bagian barat
Sabah, dan Kelompok Embaluh. Batas sebelah timur Sundaland selama Eosen yaitu
wilayah Sulawesi, yang merupakan batas konvergensi pada Tersier dan kebanyakan
sistem akresi terbentuk sejak Eosen.
Mulainya collision
antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan mempengaruhi perkembangan
dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada Eosen dan sedimentasi di
Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional dan kemungkinan
dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian back-arc
Laut Celebes.
Tektonisme Oligosen
Tektonisme
pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara, termasuk Kalimantan dan
bagian utara lempeng benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement
dari lempeng pada Oligosen. Di pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai
oleh ketidakselarasan (Piagram et al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin,
1992) yang dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia (New
Guinea) dengan sejumlah komplek busur. New Guinea di ubah dari batas konvergen
pasif menjadi oblique. Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang
menyebabkan perpindahan fragmen benua Australia (Banggai Sula) ke bagian timur
Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng pada pertengahan Oligosen.
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen
hadir di Laut China selatan (SCS) dan wilayah sekitarnya (Adams dan Haak, 1961;
Holloway, 1982; Hinz dan Schluter, 1985; Ru dan Pigott, 1986; Letouzey dan
Sage, 1988; op cit., Van de Weerd dan
Armin, 1992). Ketidak
selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi
pada baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari baratdaya sampai timurlaut.
Di bagian baratdaya, berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut,
berhenti pada akhir Miosen awal (Holloway, 1982, op cit., Van de Weerd dan
Armin, 1992).
Tektonisme Miosen
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah
terjadi perubahan yang Sangat penting. Pemekaran lantai samudera di SCS
berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan Palawan; mulai terjadinya pembukaan
Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op cit., Van de Weerd dan Armin,
1992); dan obduksi ofiolit di Sabah (Clennell, 1990, op cit., Van de Weerd dan
Armin, 1992). Membukanya cekungan marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian
awal Miosen tengah (Harland et al., 1989. op cit., Van de Weerd dan Armin,
1992).
No comments:
Post a Comment