Endapan Mineral Tipe Skarn

 Pengertian

§  Skarn adalah sebuah terminology pada dunia pertambangan untuk mengidentifikasikan suatu lapisan seperti seam yang berwarna gelap (kehitaman) akibat dari adanya intrusi (terobosan) oleh fluida pembawa bijih.

§  Endapan skarn juga dikenal dengan beberapa terminology lain, yaitu : hydrothermal metamorphic, igneous metamorphic, dan contact metamorphic.

§  Umumnya terbentuk (namun tidak selalu) pada kontak antara intrusi plutonik dengan batuan induk (country rock) karbonat.

§  Temperatur pembentukan endapan skarn ini berkisar sekitar 650-440 °C.

§  Beberapa mineral bijih (oksida ataupun sulfide) dan fluorite biasanya muncul (terbentuk) pada lingkungan skarn ini.

§  Umumnya dijumpai fluorite (CaF2) mendukung pendapat bahwa silika dan beberapa logam bereaksi dengan batuan gamping.

Endapan Mineral Early Magmatic Kromit

Pendahuluan

Endapan early magmatic adalah endapan mineral yang berasal dari pembekuan magma, jadi endapan mineral bijih ini berasal dari unsur – unsur yang terkandung dalam magma lalu magma tersebut mengalami pembekuaan sehingga unsur – unsur metal tersebut terakumulasi sehingga menjadi endapan mineral yang ekonomis. Endapan mineral ini memiliki karakteristik yaitu: berasosiasi dengan batuan beku intrusif dalam atau menengah (plutonik) dengan jenis batuan basa dan ultrabasa, terakumulasi pada sebagian atau seluruh tubuh batuan beku, terbentuk dari kristalisasi magma yang terkonsentrasi akibat diferensiasi magma, magma mixing, atau asimilasi magma, dan sering disebut sebagai endapan otrhomagmatik. Unsur – unsur yang terkandung dalam magma biasanya terdiri dari unsur – unsur PGM ( Ni, Cu, Ti, V, Cr, intan, dan sedikit Fe) dan unsur – unsur REE ( Nb, Zr, Li, Be, B, U, W, Sn, dan Ta) dari unsur – unsur inilah yang menghasilkan mineral bijih dari tipe endapan early magmatic.

Gambar 1. Proses Segregation
mineral bijih yang dihasilkan oleh tipe ini contohnya : kromit, magnetit, dan lain – lain. (Basuki 2011)

Proses pembentukan tipe endapan early magmatic terbagi menjadi 2 jenis yaitu : diseminasi atau kristalisasi sederhana yaitu kristalisasi sederhana magma - dalam (deep seated magma) akan menghasilkan batuan beku granular, dimana kristal yg terbentuk di awal akan tersebar seluruhnya dan geometri endapan ini adalah intrusif seperti dike, pipe atau stock, berukuran besar. Yang ke - 2 adalah segregation (gambar 1) yaitu proses kristalisasi magma akibat gravitasi pada pembekuaan awal, jadi mineral yang terbentuk lebih dulu akan jatuh ke bawah dalam larutan magma karena perbedaan densitas sehingga mineral bijih tersebut akan terakumulasi di bagian bawah dapur magma, geometri dari endapan mineral ini adalah umumnya lentikular dan relatif berukuran kecil, biasanya berupa disconnected pod-shape lenses, stringer, & buches, dan kadang - kadang membentuk layer dalam host rock. Mineral bijih yan dihasilkan oleh tipe endapan ini contohnya adalah kromit, magnetit, mineral PGM, intan, dll.

Kebutuhan Energi dan Hubungan dengan Populasi Manusia



Club Of Rome

Latarbelakang

Club of Rome didirikan oleh Aurellio Peccei, seorang industrialist berkebangsaan Italia dan Alexander King, seorang ahli sains berkebangsaan Skotlandia,tahun 1968. Pendirian organisasi ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang timbul di dunia akibat tidak terkendalinya pertumbuhan populasi manusia yang diikuti dengan semakin terbatasnya sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Seiring dengan berjalannya waktu, organisasi ini berkembang menjadi organisasi yang diikuti oleh tidak hanya oleh para ekonom(industrialis) dan ahli sains, tapi juga para politisi dan kaum dari berbagai bidang. Organisasi ini berkembang menjadi sebuah forum debat untuk membicarakan masalah pemenuhan kebutuhan manusia dan cara pemecahannya.
Beberapa buku telah terpublikasikan hasil dari forum diskusi anggota Club of Rome. Berikut adalah buku buku hasil publikasi Club of Rome dan sinopsisnya:

Dasar-Dasar Pemetaan Geologi (Barnes, 1995)



BAB 1

PENDAHULUAN
      Peta geologi itu beragam, mulai dari peta hasil survey pendahuluan (reconnaissance survey) yang berskala kecil hingga peta hasil pemetaan lubang pertambangan dan peta perencanaan rekayasa yang mendetil. Pembuatan setiap peta itu memerlu-kan teknik tersendiri. Buku ini hanya membahas garis besar metoda dan teknik pemetaan geologi. Tujuannya adalah untuk memberikan bekal pengetahuan dasar kepada para ahli geologi muda. Di kemudian hari, pengetahuan dasar itu dapat mereka kembangkan sendiri. Buku ini tidak menjelaskan semua hal yang perlu diketahui oleh seorang ahli geologi muda. Walau demikian, buku ini diharapkan akan dapat merangsang imajinasinya sedemikian rupa sehingga dia akan dapat mengadaptasi-kan pengetahuan yang telah dikuasainya pada kondisi-kondisi lapangan tertentu serta mampu mengembangkan dan menemu-kan metoda-metoda baru yang dapat digunakan untuk menghadapi kondisi lain. Setiap ahli geologi hendaknya selalu ingat bahwa peta geologi yang akurat merupakan dasar dari semua pekerjaan geologi, termasuk penelitian laboratorium, karena hasil analisis laboratorium sedetil apapun tidak akan berarti apa-apa apabila kita tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai tatanan dimana sampel itu berasal. Sebagaimana dikemukakan oleh Wallace (1975), "Tidak ada satupun benda yang dapat menggantikan peranan yang dimainkan oleh peta dan penampang geologi." Tidak ada dan tidak akan pernah ada. Geologi dasar harus dipahami terlebih dahulu. Apabila hal-hal yang bersifat mendasar seperti itu sudah salah, maka segala sesuatu yang dibangun di atas hal-hal itu juga akan salah.

Peralatan Dan Perlengkapan Pemetaan Geologi




      Seorang ahli geologi hanya memerlukan relatif sedikit peralatan untuk dapat bekerja di lapangan. Peralatan yang esensil untuk geologi lapangan adalah palu, kompas, klinometer, lup, dan pita ukur. Peralatan lain yang biasa diperlukan untuk penelitian lapangan adalah tempat peta, buku catatan, skala peta, busur derajat, pensil, penghapus, sebotol asam, dan pisau lipat. Pita ukur yang panjangnya sekitar 30 meter, pedometer, stereonet, dan stereoskop saku kadang-kadang diperlukan untuk keperluan tertentu. Spidol dan pinsil tukang kayu merupakan alat yang sangat baik untuk menandai sampel. Meskipun bukan merupakan peralatan esensil, kamera dan teropong dapat menjadi peralatan yang sangat terasa manfaatnya. Terakhir, setiap ahli geologi memerlukan sebuah ransel untuk membawa segala sesuatu yang dia bawa ke lapangan, termasuk makan siang!


      Seorang ahli geologi juga harus mengenakan sepatu dan pakaian yang sesuai dengan kebutuhan lapangan. Pakaian yang buruk dapat mengundang risiko hipotermia. Sebuah daftar yang memperlihatkan berbagai peralatan lapangan disajikan pada Lampiran IV. Daftar itu hendaknya selalu dirujuk setiap kali kita akan pergi ke lapangan.




Pengertian Pemetaan Geologi



Apa Pemetaan Geologi?

Pertanyaan pertama yang mungkin, dan seharusnya, muncul di benak setiap mahasiswa yang akan melakukan pemetaan adalah: "Apa pemetaan geologi itu?"

Pemetaan geologi [geological mapping] secara sederhana dapat diartikan sebagai keseluruhan kegiatan atau proses yang dijalankan dalam rangka membuat peta geologi dari suatu daerah yang menjadi objek pemetaan. 

Perlu diketahui bahwa istilah pemetaan geologi dalam pengertian sempit sering hanya diartikan sebagai kegiatan atau proses penelitian lapangan yang dilakukan untuk membuat peta geologi. Walau demikian, menurut hemat penulis, sebaiknya kita memandang pemetaan geologi dalam pengertian yang luas mengingat dalam kenyataannya kita tidak mungkin akan dapat membuat peta geologi yang utuh tanpa melibatkan proses analisis yang biasanya hanya dapat dilakukan secara terbatas di lapangan.

Pemetaan Geologi di Lapangan (ilustrasi sumber jerseyboyshuntdinosaurs.blogspot.com)


Geologi Regional Pulau Papua


Geologi Indonesia merupakan salah satu ilmu yang mempelajari keadaan geologi setiap bagian dari pulau Indonesia. Salah satu keadaan geologi yang dipelajari adalah pulau Papua (Irian Jaya).

Wilayah Indonesia yang membentang dari 85°-141° BT dan 6 LU° - 11° LS dan terletak diantara dua benua yaitu Asia di sebelah Utara dan Australia  di Selatan, merupakan salah satu wilayah yang mempunyai tatanan geologi dan pola tektonik yang kompleks dimuka Bumi ini.  Dengan pola tektonik yang terdiri dari busur-busur kepulauan, serta sebagian besar diantaranya didominasi  oleh lautan, dengan kedalaman rata-rata berkisar antara 200 meter di bagian Barat dan membentuk suatu paparan yang luas, kemudian lainnya dengan kedalaman 4 hingga 7000 meter yang terletak di Indonesia Bagian Timur, yang umumnya berbentuk palung-palung, maka wilayah Indosesia dapat dikategorikan sebagai laboratorium alam yang lengkap dimuka Bumi.

 Papua merupakan salah satu pulau terbesar yang termasuk kedalam kepulauan Indonesia Bagian Timur. Papua memiliki keadaan atau struktur geologi yang sangat kompleks termasuk Irian Jaya didalamnya. Konfigurasi  Tektonik Pulau  Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng Australia,   yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat.

Fisiografi Pulau Papua

Peta Fisiografi Pulau Papua

Siklus Milankovitch dan Hubungan dengan perubahan iklim

Siklus Milankovitch adalah suatu teori yang memberikan penjelasan mengenai variasi siklus pergerakan yang dialami bumi selama 100.000 dan 400.000 tahun.

Dalam teorinya, Milankovitch memaparkan mengenai tiga hal yang dialami oleh bumi sehingga menghasilkan perubahan iklim akibat perbedaan intensitas radiasi matahari di permukaan bumi.
Pertama, Eksentrisitas (Eccentricity) yaitu perubahan bentuk dari orbit imajiner bumi yang mengelilingi matahari. Tentu bentuk orbit itu tidak bulat, tetapi memiliki nilai eksentrisitas, sehinggal bentuknya menjadi sedikit elips dan tidak bulat sempurna. Nilai eksentrisitas suatu orbit berada diantara 0 (bulat sempurna) hingga 1 (parabola yang tidak memiliki ujung). Saat ini nilai eksentrisitas bumi adalah 0,0167, sementara ribuan tahun yang lalu nilainya 0.0034 hingga 0.058. Nilai eksentrisitas itu akan terus berubah membentuk suatu siklus yang bervariasi dalam 413.000 tahun. Seandainya bumi hanyalah satu-satunya planet yang mengelilingi matahari, maka eksentrisitasnya tidak akan begitu bervariasi dalam kurun waktu yang sangat lama. Nilainya akan lebih lambat bertambah, akan tetapi karena nilai eksentrisitas bumi dipengaruhi oleh gaya gravitasi dari Jupiter dan Saturnus, maka pertambahan itu terjadi lebih cepat.

Akibat dari bentuk orbit bumi yang seperti itu, muncul istilah perihelion dan aphelion. Saat ketika matahari berada dalam titik atau jarak terdekat dengan bumi disebut perihelion, dimana bumi menerima radiasi paling tinggi dari matahari sehingga suhu menjadi lebih panas. Untuk titik terjauhnya disebut aphelion, dimana bumi menerima radiasi matahari terendah sehingga mengalami penurunan suhu.

Kedua adalah Obliquity. Kemiringan bumi ketika berotasi. Kemiringan itu bervariasi dalam kurun waktu 40.000 tahun, dan bergerser antara 22,1 derajat hingga 24,5 derajat. Jika kemiringan bumi bertambah maka musim panas akan lebih panas dan musim dingin akan lebih dingin. Sebaliknya, jika terjadi pengurangan kemiringan berarti musim panas akan menjadi lebih dingin dan musim dingin akan menjadi lebih panas. Saat ini kemiringan bumi berkurang, sehingga suhu bumi menjadi semakin panas. Seperti yang kita tahu kemiringan bumi saat ini adalah 23,4 derajat, dan saat ini sedang setengah jalann bergerak menuju nilai minimunya, yaitu 22,1 derajat.

Ketiga adalah Presisi (Precession), yaitu perubahan arah rotasi karena bergesernya sumbu bumi. Siklus ini bervariasi selama 19.000-23.000 tahun. Matahari dan bulan sangat berpengaruh terhadap perubahan ini. Dampak perubahan arah rotasi bumi ini bisa mengubah tanggal perihelion yang jatuh pada bulan Januari dan aphelion yang jatuh bulan Juli. Hal ini akan meningkatkan kontras musim pada salah satu belahan bumi dan sementara pada bagian lainnya penurunan, sebagai contoh saat ini posisi bumi sangat dekat dengan matahari pada saat musim dingin pada bumi belahan utara sehingga musim dingin akan lebih panas dan sebaliknya. Dampak lain yang juga terjadi adalah perubahan utara dan selatan bumi sehingga kutub utara sudah tidak sedingin dulu dan semakin lama suhunya semakin panas.


Kaitan zaman es pada zaman plistosen dengan siklus milankovitch sangat-sangat berhubungan. Perubahan iklim pada zaman plistosen bisa juga disebabkan oleh perubahan orbit bumi terhadap matahari seperti yang diteliti oleh milankovitch. Masing-masing variasi orbital memiliki skala waktu sendiri, dan akibatnya mereka berinteraksi dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu, namun masing-masing teratur. Grafik dan tabulasi Milankovitch dibuat masih digunakan sampai sekarang. Ia juga mengukur kurva panas radiasi matahari di lintang utara tinggi, dimana gletser es umur berasal, menghubungkan titik-titik rendah tertentu dengan empat sebelumnya zaman es Pleistocene Eropa. Pada akhirnya, matematikawan tiba pada teori astronomi lengkap glasiasi. Menurut teori Milankovitch, faktor-faktor ini menyebabkan pendinginan periodik Bumi, dengan bagian terdingin dalam siklus yang terjadi sekitar setiap 40.000 tahun. Efek utama dari siklus Milankovitch adalah untuk mengubah kontras antara musim, bukan jumlah panas matahari bumi menerima. Siklus dalam siklus ini memperkirakan bahwa selama maksimum glasial kemajuan, musim dingin dan musim panas suhu lebih rendah. Hasilnya kurang es yang mencair dari mengumpulkan, dan gletser membangun. Milankovitch bekerja di luar ide-ide dari siklus iklim di tahun 1920-an dan 1930-an, namun tidak sampai tahun 1970-an yang cukup panjang dan kronologi rinci dari perubahan suhu Kuarter adalah bekerja untuk menguji teori memadai. Studi core laut , dan fosil yang terkandung di dalamnya menunjukkan bahwa fluktuasi iklim selama beberapa ratus ribu tahun terakhir adalah sangat dekat dengan yang diperkirakan oleh Milankovitch. Sebuah masalah dengan teori adalah bahwa siklus astronomi telah ada selama miliaran tahun, tetapi glasiasi adalah kejadian langka. Sebenarnya, siklus astronomi sempurna menjelaskan periode glasial dan interglasial, dan transisi mereka, di dalam zaman es. Faktor-faktor lain juga harus terlibat yang menyebabkan suhu bumi turun di bawah ambang kritis. Setelah itu terjadi, siklus Milankovitch akan bertindak untuk memaksa planet dalam dan keluar dari periode glacial.

Geologi Regional Karang Sambung, Kebumen, Jawa Tengah



Daerah Karangsambung, Kabupaten Kebumen , Jawa Tengah( Gambar 1) merupakan salah satu tempat tersingkapnya batuan campuran , yaitu komplek Melange Lok ulo yang berumur Kapur Akhir sampai Paleosen ( Asikin , 1974 , Wakita dkk., 1994 dalam Harsolumakso dan Noeradi, 1996).   Satuan ini merupakan hasil dari proses subduksi antara lempeng Indo – Australia dengan lempeng benua Asia Tenggara (Asikin, 1974 dalam Harsolumakso dan Noeradi , 1996). Kemudian di atasnya diendapkan satuan yang lebih muda terdiri batulempung dengan fragmen asing yang bercampur d idalamnya yang dianggap sebagai olissostrom (Asikin 1974; Asikin dkk., 1992 dalam Harsolumakso dan Noeradi , 1996). Kemudian diatasnya diendapkan  breksi dari Formasi Waturanda dan Perselingan Batupasir – Batulempung dari Formasi Panasogan ( Asikin 1974 dalam Hadiyansyah , 2005).

Fisiografi Regional 


Secara fisiografi daerah Jawa Tengah dibagi  menjadi enam satuan yaitu ( van Bemmelen , 1949 dalam Hadiyansyah, 2005) :  

 
Gambar 2. Fisiografi Jawa Tengah ( van Bemmelen , 1949 dalam hadiyansyah , 2005).




a.       Dataran Aluvial Jawa utara

b.      Satuan Gunungapi Kuarter
c.       Antiklinorium Bogor-Serayu Utara – Kendeng
d.      Depresi Jawa Tengah
e.       Pegunungan Serayu selatan dan,
f.       Pegunungan Selatan Jawa.
 


Stratigrafi Regional


Stratigrafi daerah Karangsambung dari tua ke muda yaitu : Komleks Melange Lok Ulo, Formasi Karangsambung , Formasi Totogan, Formasi Waturanda , Formasi Penosogan , Formasi Halang dan aluvial ( Gambar 3)
  Gambar 3. Stratigrafi daerah Karangsambung (modifikasi Harsolumakso dkk., 1996
dari Asikin dkk., 1992 dalam Hadiyansyah, 2005).
 Kompleks Melange terdiri atas blok – blok berbagai ukuran dari batuan sedimen pelagis, batuan beku basaltis dan batuan metamorf yang tercampur secara tektonik dalam matriks batuan pelitik (Asikin, 1974 dalam Prasetyadi, 2007). Sedangkan formasi Karangsambung dan Formasi Totogan umumnya terdiri dari percampuran sedimenter fragmen – fragmen dan blok – blok (olisolit) seperti batupasir, batulanau , kongomerat, dan batugamping Nummulites dalam masadar lempung  dan diinterpretasikan sebagai endapan olistostrom (asikin, 1974 dalam Prasetyadi, 2007 ).Menumpang selaras di atas formasi totogan adalah formasi waturanda yang terdiri dari batupasir dan breksi volkanik. Formasi Waturanda ditumpangi secara selaras oleh formasi Penosogan yang terdiri dari perselingan napal dan batupasir gampingan (asikin dkkk., 1992 dalam Prasetyadi ,2007).


Struktur Regional 




Struktur utama yang ada di karangsambung dapat dibagi menjadi 3 struktur utama ,  yaitu :

a.       Arah timurlaut – Baratdaya yang ditunjukkan oleh arah umum sumbu panjang boudin, berkembang di kelompok batuan Pra – Tersier (Harsolumkso dkk., 1995 dalam Prasetyadi, 2007 ).

b.      Arah Timur – Barat yang ditunjukkan oleh arah umum struktur lipatan yang berkembang di batuan Tersier,

c.       Arah Utara – Selatan berupa sesar yang memotong batuan Pra – Tersier dan Tersier (Asikin dkk.,1992 dalam Prasetyadi, 2007)

Struktur utama ini dapat dilihat pada peta geologi daerah Karangsambung (Gambar 4.)

Gambar 4. Peta Geologi Karangsambung (modifikasi dari Asikin dkk., 1992 dan
Condon dkk., 1996 dalam Prasetyadi, 2007).


 

Featured post

Bio Mining Masa Depan Tambang Hijau

Kondisi Penambangan saat ini ( sumber ) Pada saat ini penambangan sumber daya alam selalu bertentangan dengan lingkungan alam. Penamb...